Kamis, 12 Juni 2014

Sejarah Martabak Lebaksiu


Martabak LebaksiuSiapa sih yang tidak tau yang namanya Martabak? Makanan khas yang gampang ditemui hampir di seuluruh kota yang ada di Indonesia. Martabak itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu martabak telor dan martabak manis.
Tapi kira-kira ada yang tau asal Martabak dari mana? Yap betul, martabak asalnya dari negara India. Di negara asalnya, martabak di sebut moortaba.
Di India martabak, susunannya adalah sebagia berikut :
Adonan tepung terigu yang dibentuk sebesar telur bayam, dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng, setelah membentuk ukuran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi telur/kentang dan digoreng. Setelah itu dihidangkan dengan kare kambing/gulai.
Di negeri India, makanan lain sejenis martabak telur adalah : Nan, Roti Cane, Chappaty, Purata, Poory, Samosa. Makanan-makanan teresbut masuk pada kategori makanan sedang/ringan. Dan bisa juga menjadi menu makanan utama disana.
Kemudian bagaimana dengan martabak terang bulan/martabak manis ? jenis ini baik bentuk, isi dan rasanya sama sekali tidak ditemukan di negeri India. Makanan yang rasanya manis ini, adalah sejenis roti/kue manis – cake atau pasta. Yang di hidangkan sebagai sarapan pagi /santai bersama minum kopi atau teh maupun teh susu atau “Chaa” yang biasa juga disebut di Malaysia namanya Teh Tarik.

Sejarah Martabak

Martabak LebaksiuPada sekitar awal tahun 1930-an, beberapa pemuda asal daerah Lebaksiu, Tegal, Jawa Tengah, mengadu nasib dengan berjualan makanan dan mainan anak-anak pada perayaan yang dilangsungkan di kota-kota besar seperti Semarang. Di kota inilah salah seorang pemuda yang bernama Ahmad bin Abdul Karim berkenalan dengan seorang pemuda India bernama Abdullah bin Hasan al-Malibary.
Dari hasil persahabatan mereka, Abdullah diajak berkunjung ke kampung halaman Ahmad di Desa Lebaksiu Kidul, Tegal. Abdullah berkenalan dengan adik perempuan Ahmad yang bernama Masni binti Abdul Karim.
Kemudian Abdullah mempersunting Masni, adik perempuan Ahmad, pada tahun 1935. Abdullah atau yang biasa disebut Tuan Duloh adalah seorang saudagar yang cukup ternama di zamannya. Salah satu keahlian Abdullah adalah membuat makanan yang terbuat dari adonan terigu yang bernama martabak.
Dialah salah satu di antara pemuda-pemuda India yang berhasil memodifikasi martabak dari resep aslinya. Hal ini untuk menyesuaikan dengan citarasa maupun kebiasaan masyarakat di Indonesia, terutama orang Jawa, yang pada umumnya gemar makan sayur-sayuran dan tidak terlalu suka mengonsumsi daging secara berlebihan.
Sampai saat ini, jenis martabak telur yang dapat ditemukan di hampir seluruh pelosok Indonesia adalah hasil modifikasi.
Susunan Bahan Dasar Martabak Telor.
Adonan tepung terigu yang dibentuk bulat sebesar telur ayam, kemudian dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng. Setelah membentuk lingkaran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi dengan campuran telur, sayuran, irisan-irisan kecil daging yang telah dimasak dengan bumbu-bumbu. Kemudian digoreng, dan kemudian bisa langsung dihidangkan tanpa kare kambing/gulai.
Dialah salah satu diantar pemuda-pemuda India yang berhasil membuat perubahan atau modifikasi Martabak dari aslinya. Menurut narasumber hal ini disesuaikan dengan cita rasa maupun kebiasaan masyarakat di Indonesia khususnya di Tanah Jawa yang pada umumnya gemar makan sayur-sayuran dan tidak terlalu suka mengkonsumsi daging berlebihan. Itulah yang menjadi alasan utama mengapa modifikasi martabak itu terjadi.
Sampai sekarang ini, jenis Martabak telor yang beredar hampir diseluruh pelosok Indonesia, adalah merupakan hasil modifikasi dari yang aslinya.
Martabak terang bulan/martabak manis. Konon menurut kisah disebut terang bulan, karena bentuknya bulat seperti bulan purnama. Martabak manis ini dibuat dengan bahan-bahan dasar adonan tepug terigu, gula, telor, dan lain-lain. Dan dicetak dengan cetakan piring seng dengan ukuran kurang lebih 20 cm dan dipasang tangkai pipa besi. Dipanggang dan digoyangkan diatas bara api, arang kayu, maupun kompor minyak. Sering martabak terang bulan ini disebut juga martabak “goyang”. Isi atau bumbu-bumbunya adalah olesan mentega/margarine, susu, selai pepaya, selai nanas, meises, kacang dan lain-lain.
Pada sekitar tahun 1950-an, terjadilah modifikasi baik bentuk maupun ukuran dan rasa martabak manis. Cetakannya terbuat dari besi cor / cor perunggu,cor kuningan dengan ukuran 18/20 cm, 20/22 cm, 22/24 cm, 24/26 cm, 26/28 cm, 28/30 cm. Dengan isi atau bumbu-bumbunya adalah susu, kacang, keju, meises, wijen, kismis, durian, dan lain sebagainya.
Keahlian Abdullah diajarkan kepada kerabat dekat istrinya maupun tetangga-tetangganya. Tercatatlah nama-nama sebagai berikut :
  1. Ahmad bin Kyai Abdul Karim (Alm)
  2. Abdul Manaf bin Kyai Abdul Karim (Alm)
  3. Abdul Wahid bin Kyai Abdul Karim
  4. Mawardi bin Kyai Abdul Karim
  5. Rifai bin Kyai Abdul Karim (Alm)
  6. Djari (Haji Umar) bin Haji Mas’ud (Alm)
  7. Maktub bin Haji Mas’ud (Alm)
  8. Dja’i bin Haji Sueb (Alm)
  9. Ali bin Haji Sueb (Alm)
  10. Rumli bi Sanadi (Alm)
  11. Tamyid
  12. Tuwuh
Dan masih banyak lagi nama-nama yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Ini adalah merupakan generasi kedua setelah Abdullah.
Abdullah bersama mereka-merekalah yang memperkenalkan martabak pada setiap ada keramaian di pasar-pasar malam di kota-kota besar khususnya di pulau jawa. Keramaian-keramaian seperti Sekatenan di Jogjakarta, Dugderan di Semarang, Mauludan di Cirebon-Trusmi, dan pasar malam di pabrik-pabrik tebu pada perayaan permulaan giling (metik).
Bisnis-bisnis Abdullah yang ditekuninya sekitar tahun 1935 – 1955 antara lain : “Rumah Makan India Moslem” di Slawi, “Meubeler” di Lebaksiu dan pengelola dibeberapa pasar malam.
Tersebutlah nama-nama rekan-rekan Abdullah senegara dari India pada kurun waktu antara 1930 – 1960 adalah :
  1. Tuan Hasan di Semarang
  2. Tuan Muhammad di Yogya
  3. Tuan Haji Sayeed Ali di Jakarta
  4. Tuan Salam di Jakarta
  5. dan masih banyak nama-nama lain.
Ketika rekan-rekan Abdullah memilih tinggal di kota-kota besar, tidak demikian halnya dengan Abdullah yang memilih tinggal di salah satu kampung bernama Lebaksiu Kidul Kab. Tegal yang berjarak sekitar 21 km arah selatan kota Tegal bersama isteri dan anak-anaknya.
Perkembangan Martabak di Indonesia pada kurun waktu sekitar 1950 – 1990, tercatatlah nama-nama tokoh sebagai berikut :
Tegal : Dja’i bin Haji Sueb, Haji Urip, Haji Abdur Rohim, Sumyad, Muhidin, Gendon, Masan, Dahlan, dan rekan-rekan.
Jakarta : Rumli bin Sanadi, Mahsud, Mali, Tabud, Matlab, Haji Hambali, Muanas, Haji Tobroni, Luri, Muri, Tarmudi, Usup, Hudi, H. Muripin, H. Tabri, H. Nur Abdullah Hasan, Umar Hanafi, H. Toni Dartam, Dakyani, dan rekan-rekan.
Bogor : Rifai, Mawardi, Abdul Wahid, Abdul Gofur, Maskam, Haji Umar Sahir, dan rekan-rekan.
Bandung : Dasir, Mukdi, Salim, Haji Mahun, dan rekan-rekan
Cianjur : Haji Surur, Makbul Tamyid, dan rekan-rekan.
Yogya : Keluarga Besar Tuan Muhammad, Haji Muhammad Abdullah, Suud, Haji Bahroni, dan rekan-rekan.
Makasar : Haji Imam Abdul Manaf, Mashur Dja’i, Muhidin, Tori Dannya, Haji Muanas Maad, H. Wartono, H. Jurani, dan rekan-rekan.
Manado : Haji Susalit, Matlub, Haji Bedi, Warno, Haji Suyatno, Narto, dan rekan-rekan.
Pontianak : Haji Abdul Kadir Ali, Bambang Wage, Tori, dan rekan-rekan.
Singkawang : Haji Jeni Saleh, dan rekan-rekan.
Banjarmasin : Haji Muta’alim, Paluruni Tori, H. Bedi, Sunarto, dan rekan-rekan.
Semarang : Keluarga Besar Tuan Hasan, dan rekan-rekan.
Palembang : Keluarga Besar Tuan Haji Abdul Rozak (HAR) dan rekan-rekan
Bekasi : Makmur Darnya, Otong, Anwar, H. Saehudin, Saepudin, dan rekan-rekan
Kuningan : H. Midi, dan rekan-rekan
Tangerang : H. Tris, Heriyanto Dja’i, Muhammad Abdul Bayasut, Wahyu Patehi dan rekan-rekan
Sampit : Rozak Bayasut, Abdullah Bayasut, Yazid Bayasut, dan rekan-rekan.
Bontang : Haji Muhammad, Untung, H. Sunarto, Saepu Torik, dan rekan-rekan.
Jayapura : Haji Juremi, Haji Waud Umar, Haji Tono Umar, dan rekan-rekan.
Mataram : Haji Sahuri, Agus, dan rekan-rekan.
Denpasar : Haji Mashur Dakup, H. Toni, Luruh, Patehi, dan rekan-rekan.
Kupang : Ruslan Sanusi, dan rekan-rekan
Tasikmalaya : Djubaidi Ali, Balhi, Maksudi, Sungib, Sopi, dan rekan-rekan
Pekanbaru : H. Isro, dan rekan-rekan
Bukittinggi (Sumbar) : Harar, dan rekan-rekan
Itulah generasi kedua dan ketiga, pada generasi keempat, sekarang telah menyebar keseluruh pelosok Indonesia. Menu dagangannya pun tidak hanya martabak saja namun beberapa jajanan yang lain, antara lain : donat, onde-onde, pukis, pisang goreng, gandasturi, tahu goreng, ayam goreng, dan aneka macam makanan dan jajanan.
Untuk luar negeri seperti Jeddah, Saudi Arabia, para tokoh-tokohnya adalah : Haji Adnan Sowi, Haji Kana, Haji Mustakin, Haji Agus Warto, Haji Zainudin bin Ahmad, Haji Syaiful Bahri, Haji Humaedi, dan rekan-rekan lainnya.
Tokoh-tokoh wanita (Srikandi) Lebakksiu:
  1. Ibu Saimah Marjen
  2. Ibu Hajjah Mary Wahid
Namun demikian sejarah martabak Lebaksiu dapat berkembang pesat seperti sekarang ini tidak terlepas dari dukungan moril maupun materil dari tokoh-tokoh Lebaksiu non martabak seperti:
  1. Tabri (Mantan Lurah Lebaksiu Lor)
  2. H. Ikna Tjokroharsono
  3. H. Bahrun (Mantan Lurah Lebaksiu Lor)
  4. KH. Samlawi (Mantan Lurah Lebaksiu Kidul)
  5. KH.Mafhud Thoha
  6. Kamali rusbad (PLN)
  7. Bang Ahmad (Mantan Lurah Kajen)
  8. H. DJubaidi Ahmad Baedowi (PLN)
  9. Drs. H. imam Sofwan
  10. Drs. Kaprawi
  11. Pandi (Gang Tongkang) Jakarta
  12. Drs. H. Bachruddin Nasori, Msi
  13. H. Ali DJured
  14. Khozin Tamjid
  15. H. Abdul Malik Tamjid
  16. Ir. H. Ismaun Tjokroharsono
  17. Marjono (Yon Kav)
Hasil kunjungan penulis di sebagian kota-kota besar di Amerika, Eropa, Afrika, Asia dan Australia tidak ditemukan jenis Martabak Lebaksiu seperti yang sudah diutarakan diatas.
Abdullah bin Hasan Almalibary lahir di daerah Payoli, Distric Meladi, “Kerala State South of India” pada tahun 1901. Meninggal dunia pada 1956 dan dimakamkan di desa Lebaksiu Kidul kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Meninggalkan seorang isteri dua anak laki dan dua anak perempuan. Isterinya bernama Masni ( Hajjah Hasanah Masni ) binti Kyai Abdul Karim, lahir di Lebaksiu Kidul tahun 1918 dan meninggal dunia pada tahun 2000.
Apabila ilmu membuat martabak adalah sebuah ilmu yang bermanfaat ( Al IlmuNafi ) dan berguna bagi kemaslahatan umat, maka dengan mengharap ridho Allah Subhanahu wata’ala semoga Abdullah bin Hasan Almalibary beserta pengikut-pengikutnya diterima amal ibadahnya dan diampuni dosa-dosanya. Amin.

Wisata Kuliner Bersama Pak Bondan Winarno di Tegal


Bondan WinarnoSiapa yang tidak kenal dengan Pak Bondan Winarno yang terkenal dengan “Mak Nyuss“-nya? Ya, hari ini, Jum’at 31 Mei 2013, Pak Bondan bersama Iphe , talent dari Bandung, berkunjung ke Tegal dalam rangkaian acara yang diselenggarakan oleh salah satu perusahaan rokok besar di Indonesia. Salah satu kebanggan sendiri bagi warga Tegal didatangi oleh pakar kuliner yang sudah sering terlihat di layar kaca.
Sebelum ke Tegal, Pak Bondan naik pesawat terlebih dahulu ke Semarang, kemudian naik kereta api Argo Sindoro ke Tegal. Sampai ke Tegal lumayan siang karena ada gangguan diperjalanan. Sampai di Stasiun, beliau bersama kru mampir dulu ke WM Pian, yang berada di sebelah utara Stasiun Tegal sembari beristirahat sejenak setelah lelah dalam perjalanan. Pak Pian juga sudah akrab dengan Pak Bondan lho.
Kemudian dilanjutkan ke lokasi kuliner lain seperti:
  • Kupat Glabed Pak Ali di seputaran Alun – alun Kota Tegal
  • Tahu Aci di Jl. AR. Hakim, Gang Kimto Kota Tegal.
  • Warung sate H. Moei Kaligangsa Wetan.
  • Soto Pak Madi di dekat Klenteng Tek hay Kiong Kota Tegal.
  • Lalu rencananya diakhiri menyantap Ponggol Setan (Pongset) di sekitar PLN Kota Tegal.
Sebelum kedatangan Pak Bondan ke Tegal, kami dihubungi oleh pihak Kelana Rasa mengenai kedatangan Pak Bondan. Dan Alhamdulillah, setelah lama menunggu, kami diijinkan untuk ikut mengambil gambar Pak Bondan ketika berada di  Warung Sate H. Moei yang beralamat di Kaligangsa Wetan. Kami disambut dengan ramah oleh Pak Bondan dan kru dari Kelana Rasa. Sempat juga kami memperkenalkan diri saat istirahat dan mengobrol ringan. Yang tidak pernah kami lupakan adalah ucapan Pak Bondan  “Urip mung mampir nggo mangan sate”.
Sebagai informasi, hasil pengambilan video ini tidak ditayangkan di televisi namun ditayangkan pada saat acara AsyikFest atau acara kuliner di Tegal pada tanggal 22 Juni 2013.
Penasaran dengan hasil liputan kami? Yuk lihat foto-foto di bawah ini:
 Sate kambing
sate kambing
sate kambing
Sate Kambing
Sate Kambing
Berikut ini foto kiriman dari Evandraa Bachtiar saat Pak Bondan ada di Tahu Aci Gang Kimto:
 tahu Kimto
Tahu Kimto
Terima kasih untuk Pak Bondan, Mas Arie Parikesit, Mas Aldy, dan krunya, lalu @belgian_boy (untuk sumbangan fotonya) dan mas @RSetiono untuk mobilnya.

TEH POCI KHAS TEGAL

Nikmatnya teh poci dari Kota tegal memang tak terkalahkan….
Teh poci yang terkenal dengan semboyan WASGITEL (Wangi, Sepet, Legi, Kentel) ini bahkan sudah merambah dunia Internasional juga, banyak turis jauh-jauh datang ke jawa hanya untuk mencoba mencicipi nikmatnya teh satu ini bahkan mereka membawa pulang set poci dari tanah liat untuk oleh-oleh dan souvenir.
Tidak ada jam yang tepat untuk menikmati teh ini layaknya di jepang dengan upacara minum tehnya atau di inggris tiap sore.
Di tegal orang biasa meminumnya disegala kesempatan. Tapi yang paling terlihat ialah di pagi hari dan sore hari menjelang maghrib.
Sambil menikmati sarapan serta beberapa potong gorengan pisang, tahu, tempe dan lain-lainnya atau di sore hari menunggu waktu sholat maghrib sambil berkumpul bersama keluarga.

Di Tegal kebiasaan meminum teh poci ini disebut CIPOK alias Moci karo  Ndopok. Bahkan  kini banyak  sekali bisnis  lesehan yang merambah di  kawasan kota Tegal.  Di malam hari  akan dengan mudah kita temui banyak warung-warung lesehan di pinggir jalan yang menyajikan teh poci khas Tegal beserta tempe mendoannya.
Orang yang baru menggunakan teh poci sering tidak tahu trik dan tip nya agar teh terasa nikmat. Untuk minum teh dengan poci tanah ada tata caranya, jika poci tanah masih baru harus di rebus dulu dengan air teh selama beberapa hari, atau isi poci dengan teh dan air mendidih biarkan seharian besoknya ganti lagi dengan yang baru, pokoknya sampai bau tanahnya hilang. Dan cara mengaduknya juga, bila memakai gula pasir jangan pernah pada tuangan pertama gulanya mencair semua, usahakan bertahap mengaduknya karena pasti akan berkali-kali menuangkan teh ke dalam cangkir. Makanya paling nikmat kalo memakai GULA BATU, karena rasa manisnya awet dan lebih gimana gitu…. pokoknya top lah! ;)
Satu lagi, yang terpenting bila kita memakai poci tanah jangan ganti-ganti merk teh, jadi harus setia dengan satu merk. Karena ini akan mempengaruhi rasa tehnya.
SATE TEGAL DAN MARGASARI
Sate Tegal adalah sate dari daerah Tegal dan sekitarnya di Indonesia yang dibuat dari daging kambing atau domba muda, yang dipotong dadu (±1,5 s/d 2 cm) disusun pada tusuk sate dari bambu dikombinasikan dengan lemak (gajih) dan hati.
Kemudian dibakar diatas bara arang kayu atau arang batok kelapa sampai matang (beberapa orang sangat menyukai sate yang dibakar setengah matang). Aroma yang ditimbulkan dari pembakaran sate ini baunya sangat khas. Sate Tegal biasa dihidangkan dengan bumbu sambal kecap (terdiri dari kecap manis, cabe rawit, bawang merah dan tomat). Di Tegal sate dijual dengan satuan kodi (=20 tusuk sate).
Warung Sate Tegal yang terkenal :
  • Rumah makan sate kambing muda Ibu Sari di jl. Raya Lebaksiu Kabupaten Tegal sangat terkenal, lokasinya ± 20 km sebelah selatan kota Tegal ke arah Purwokerto. Satenya terkenal empuk potongan daging yang besar & segar serta rasa dan aroma yang sangat menggugah selera dan sangat enak jika ditemani Teh Poci. Anda bisa meniknati semua itu dengan harga yang terjangkau.
  • Di dalam kota Tegal sendiri jika anda ingin menikmati hidangan sate Tegal, anda dapat mengunjungi rumah makan Sari Buah yang terletak di depan Stasiun kereta api Tegal tepatnya sudut utara lapangan Perumka Tegal. Anda dapat menikmati hidangan sate Tegal yang khas dan nasi putih serta segelas es kopyor yang sangat nikmat rasanya.
Sate Tegal kandungan kolesterolnya lumayan tinggi sehingga bagi sebagian orang tidak dapat menikmatinya dengan leluasa. Sate Tegal biasa disantap dengan nasi putih yang pulen atau lontong dengan gulai kambing yang nikmat. Jika anda makan sate Tegal akan lebih enak lagi jika anda juga memesan Teh Poci dengan gula batu khas Tegal.
Yang membedakan sate Tegal dengan sate daerah lainnya yaitu potongan daging yang relatif lebih besar dibandingkan dengan sate dari daerah lain. Dagingnya dipilih dari daging kambing dan domba yang masih muda, sehingga menghasilkan sate yang sangat empuk.
Selain sate Tegal juga ada sate bumbu kuning yang berasal dari desa Margasari, sedikit di luar kota Tegal.
Sate ini tentu saja berbeda dengan Sate Tegal yang juga terkenal. Sate Margasari menggunakan daging ayam dengan ukuran daging yang lebih besar dibanding Sate Madura. Sate tersebut disiram dengan kuah kari campur kecap. Setelah matang, sate dan irisan lontong juga disajikan dengan siraman kuah kari. Ditambah lagi dengan taburan usus ayam goreng kering supaya ada ”kriuk-kriuk”-nya ketika disantap. Penjual Sate Margasari yang terkenal berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Tegal tepat di seberang toko batik Krisna.

Jajanan Olos


Jajanan OlosOlos adalah makanan yang berbetuk bulat, yang kulit luarnya menggunakan tepung kanji sehingga berasa kenyal dan dalamnya berisi berisi sayuran seperti kol dan lainnya rasanya khas yaitu pedas. Jadi jangan kaget apabila Anda menemukan potongan cabai rawit di dalamnya.
Jajanan OlosOlos lebih banyak ditemukan di daerah Kabupaten tegal, terutama di Slawi dan Adiwerna. Lokasinya un cukup mudah, biaasanya ada di depan sekola-sekolah, Seperti SMA N 2 Slawi, SMP N 1 Adiwerna, SMA N 1 Slawi dan lain-lain.
Biasanya Olos disajikan selagi hangat. Dan rata-reta penjual Olos juga menjual penganan lainnya seperti tahu aci, bakwan, dan gorengan-gorengan lainnya.
 

Makanan Khas Tegal Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by faris vio Templates Image by vio's Notez